Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 18, 2025

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Percuma Menasehati dan Mendoakan Orang Lain. Tuhan Tak Peduli

  Sebenci apapun saya terhadap perbuatan buruk seseorang, siapapun dia, tak kan pernah bisa mengubah prilaku mereka. Bahkan meskipun sudah saya nasehati dan marahi, tetap itu juga bukan jaminan mereka akan berubah. Termasuk meskipun mereka sudah saya doakan pada Tuhan, itupun juga tidak jaminan. Kalaupun mereka jadi berubah setelah saya melakukan salah satu dari ketiga usaha tersebut, itu hanya faktor kebetulan. Kebetulan sejalan dengan skenario Tuhan tanpa saya sadari. Kebetulan sesuai dengan takdir Tuhan untuk orang tersebut. Jadi bukan karena apa yang saya lakukan terhadapnya yang membuat mereka berubah. Karena apapun yang dilakukan manusia, tak bisa menerobos takdir Tuhan yang sudah ditetapkan Tuhan sejak azalinya. Sejak sebelum manusia ada.   Itu artinya, Berubah tidaknya seseorang, bukan karena siapapun oleh sesama manusia. Bahkan bukan oleh dirinya sendiri. Karena manusia, tak bisa membuat mudharat dan manfaat untuk dirinya sendiri. Apalagi untuk orang lain. Tapi ...