Ini adalah
jebakan dan derita tersembunyi yang tak disadari para pemburu fadhilah amal.
Pemburu khasiat-khasiat dibalik melakukan amal apapun.
Yang dimaksud
dengan amal adalah segala perbuatan zahir. Segala tindakan yang dilakukan
tubuh. Baik jika itu berupa ibadah formal, maupun kegiatan biasa dalam
keseharian. Kebalikan dari amal adalah ahwal, yaitu sikap bathin, niat hati,
visi mental dan sejenisnya.
Nah yang terjadi pada para pemburu amal, biasanya mereka melakukan amal, ahwalnya
penuh dengan hawa nafsu. Misalnya melakukan sholat, zakat, haji, doa, baca Al
Quran dan seterusnya, adalah agar dirinya bisa mendapatkan khasiatnya. Misalnya
agar dimudahkan hidupnya oleh Tuhan, agar bisnisnya jadi lancar, agar rezeki
jadi bertambah, agar masalah jadi hilang, agar penyakit yang dialami disembuhkan
Tuhan, agar terhindar dari neraka dan mendapatkan sorga. Atau lagi agar hati
menjadi tenang, nyaman dan bahagia.
Apapun bentuk ibadah formal yang mereka lakukan, biasanya hatinya selalu dipenuhi
oleh harapan harapan seperti itu. Dan saya pun sebelum menulis postingan ini,
juga termasuk orang yang terjebak dalam kubangan ibadah kalkulator dan proposal
hawa nafsu seperti itu. Yaitu ingin mendapatkan rasa nyaman dan kelezatan spiritual
saat beribadah.
Akibatnya
Tuhan jadi sulit bahkan tidak pernah hadir merasuk didalam hati. Tidak pernah
merasa khudur. Hati tidak merasa khusuk, tidak terhubung dan tidak dekat dengan Tuhan. Yang
tersingkap dan berlalu lalang dalam hati saat melakukan ibadah apapun, dan juga
dalam keseharian, selalu gambaran-gambaran dunia dengan segala isinya. Itu
disebabkan karena ahwal diri memang terobsesi dengan dunia. Sebab terobsesi
dengan dunia, karena yang bekerja dalam diri adalah hawa nafsu. Itu memang
sudah bawaannya hawa nafsu. Seleranya memang itu. Maunya memang apapun yang
berbau dunia. Apa saja boleh asal jangan Tuhan. Yang berselera pada Tuhan, hanya qalbu. Hanya
hati terdalam. Hanya roh dalam diri.
Jadi selagi kita
disetir oleh hawa nafsu, apapun jenis ibadah yang kita lakukan, mau dengan cara
apapun melakukannya, dan apapun bentuk wirid rutinnya, niat hati kita dibalik
semua itu akan selalu bocor. Tak kan pernah beranjak dari ambisi ambisi duniawi
kita. Tak kan pernah pindah untuk menuju dan hanya untuk Tuhan. Yang kita
impikan akan selalu fadhilah atau khasiat-khasiatnya. Kita akan tetap
menjadikan ibadah itu sebagai jimat. Sebagai kecap sim salabim untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan. Bukan untuk menghambakan diri dengan tulus
pada Tuhan.
Itulah
biasanya yang menyebabkan para pemburu fadhilah amal sering gonta ganti guru
atau mursyid, tabib, madrasah, tharikat, majelis ilmu, majelis dzikir, formula wirid dan seterusnya, untuk mencari dan menguji mana
yang paling manjur dan terbukti mendatangkan khasiat-khasiat yang diimpikan.
Kita yang
demikian,
Dalam diri kita, biasanya jauh dari kata rela dan
pasrah pada Tuhan. Hati kita tidak bisa tunduk menyerahkan diri pada Tuhan. Karena
gejolak api hawa nafsu selalu berkorbar dalam diri kita. Selalu krasak krusuk
cari ini cari itu coba ini dan coba itu untuk memuaskan ambisi demi ambisi kita.
Itulah perangkap yang mendinding diri kita dengan Tuhan. Hasilnya adalah rasa
gelisah yang tak pernah berakhir. Dan hakikatnya, itulah yang dimaksud dengan siksaan
nereka dunia yang teramat pedih.
Padahal Tuhan sudah mengingatkan dalam Al-Quran:
Komentar
Posting Komentar