Jalan
spiritual, adalah jalan yang sunyi. Apalagi spiritualitasnya tasawuf atau jalan
makrifah. Karena cara berpikir, sistem keyakinan dan cara hidup yang ditempuh
pelakunya, bukan jalan hidup yang lazim seperti kebanyakan manusia.
Hidup
mereka, sepenuhnya dalam rangka menuju Tuhan. Yang ada dalam hatinya, hanya
Tuhan. Meski tubuh zahirnya bergumul dengan berbagai aktivitas lahiriah, tapi idtikad
hatinya, tetap bersama Tuhan dan untuk Tuhan. Tak pernah apapun yang
dilakukannya, dalam rangka untuk memuaskan seleranya, obsesi keduniawiannya dan
sejenisnya. Cita-cita mereka, full Allah. Sebuah pendakian menuju dimensi
bathin.
Nah
siapa di zaman seperti sekarang yang menempuh jalan hidup seperti itu? Sulit
dicari. Yang terjadi dimana-mana, hidup manusia adalah saling berpacu,
berlomba-lomba dan saling bermegah-megah untuk kehidupan dunia. Jika zahirnya
tampak menjalankan ritual agama dengan berbagai atribut, simbol dan ritual,
tapi tujuannya biasanya juga tetap dalam rangka untuk mengintai kehidupan
dunia. Tuhan didekati, hanya untuk mengincar berbagai kemudahan dan kemegahan
hidup. Bukan untuk Tuhan itu sendiri.
Itu sebabnya bagi seorang Salik, seorang penempuh menuju Tuhan, kehidupan dunia ini adalah sebuah neraka. Sebuah penjara bathin. Hidupnya seperti burung dalam sangkar. Tubuhnya dikurung oleh hawa nafsu dan setan, tapi hatinya ingin terbang ke alam malakut menuju Tuhan. Kemanapun dia pergi, yang terlihat hanya krasak krusuk perlombaan. Nyaris tak ada teman untuk jalan bersama.
Komentar
Posting Komentar