Jika
kita sudah sampai pada maqom ridho, maka tak satupun dari kenyataan hidup yang boleh
kita keluhkan, kita tolak apalagi kita benci. Karena apapun yang terjadi, pada
hakikatnya adalah tajali atau penampakkan dari perbuatan Tuhan. Itu yang
dimaksud dengan Tauhid Af’al, yang artinya, hanya Allah yang bisa berbuat.
Dialah satu-satunya yang bisa berkehendak dan mewujudkan diri dalam bentuk
apapun.
Itu
berarti, manusia dan apapun, bukanlah pelaku atas perbuatannya sendiri. Tapi
adalah perpanjangan tangan dari perbuatan Tuhan tanpa kita sadari. Atau adalah ciptaan dari Tuhan. Walaupun
secara zahir, yang kita amati, yang berbuat adalah diri kita sendiri atau
mahkluk. Tapi secara hakikatnya, yang kita lihat itu, hanya bersifat majasi.
Bukan yang sebenarnya.
Karena itulah mengeluhkan, apalagi menolak apapun, sama artinya dengan
mengeluhkan atau menolak perbuatan Tuhan. Dan itu adalah syirik. Syirik khafi.
Syirik halus. Meyakini bahwa ada sesuatu selain Tuhan yang bisa berbuat. Menduakan Tuhan dari segi perbuatanNya. Kita
terjebak merasa mampu untuk berbuat. Padahal hakikinya yang berbuat bukanlah
diri kita. Kita pada dasarnya tak punya daya upaya apapun terhadap diri kita sendiri. Kecuali
atas kehendak dan pertolongan Tuhan.
Karena itu merasa mampu berbuat itu adalah sebuah kesombongan secara bathin.
Dimensi kehambaan kita jatuhnya sudah bocor. Yang namanya hamba, laksana robot
yang disetir. Manusia adalah robot Tuhan. Dan Tuhan adalah tukang remootnya.
Sehingga yang bisa dilakukan oleh Si Robot, hanya menerima pasrah apapun yang
diperlakukan terhadap dirinya. Manusia, hanya bisa rela pasrah pada segala
kehendak dan perbuatan Tuhan. Sabar dengan segala ujian dan cobaan, lalu
bersyukur jika diberi kemudahan dan kelapangan. Sikap seperti itulah yang disukai
Tuhan terhadap para hambaNya.
Ketika
kesadaran seperti itu sudah merasuk kedalam diri kita, lalu juga sudah kita praktekkan
dalam hidup keseharian kita, maka itulah yang disebut dengan ridho. Rela atas apapun
yang dikehendaki Tuhan terhadap diri kita. Tak ada lagi keluh kesah. Tak ada
lagi ingin minta ini minta itu pada Tuhan. Jadi malu pada Tuhan. Yang ada hanya
penerimaan total. Benar benar menyerahkan diri sepenuhnya atau tawaqal pada
Tuhan.
Kita percaya bahwa apapun yang diberikan Tuhan untuk kita, adalah yang terbaik. Karena apapun dari Tuhan, tak pernah ada cacatnya. Perbuatan Tuhan itu Maha Sempurna. Jika dimata kita sebagai manusia tampak tak sempurna, itu disebabkan karena keterbatasan pandangan atau kebodohan kita sendiri dalam melihat atau memahaminya. Lalu disisi lain juga karena tuntutan hawa nafsu kita sendiri, yang maunya adalah, apapun yang terlihat indah, asyik, mudah dan terasa enak. Tanpa menyadari bahwa dibalik semua yang kita kira asyik dan enak, tersembunyi banyak masalah dan kegelapan dibaliknya.
Komentar
Posting Komentar