Langsung ke konten utama

Rahasia Tersembunyi Dibalik Rasa Benci Kita dan Dibenci Orang

 

Jika kita begitu benci pada seseorang, apalagi pada banyak orang, hingga itu membuat kita begitu tersiksa seakan tak tertahankan, maka itu hakikatnya Tuhan sedang menjewer kita. Sebuah panggilan dari Tuhan agar kita sadar, lalu hati kita menghadap padaNya. Bukan pada mahklukNya.

Kebencian yang sampai membuat kita merasa tersiksa itu suatu bukti, bahwa siapapun, tak kan ada yang bisa memuaskan hati kita selamanya. Apalagi membuat hati kita benar benar tentram tanpa cacat. Hanya Tuhan yang bisa memenuhi semua harapan kita seperti itu. Karena hanya Tuhanlah Dzat yang Maha Sempurna tanpa cacat.

Begitu juga sebaliknya jika kita sangat dibenci oleh orang lain. Siapapun dia. Apakah teman, tetangga, saudara, orang tua, suami, isteri maupun anak sendiri. Itu juga bukti bahwa, siapapun, tak kan pernah selalu setuju, sejalan, dan suka pada kita selamanya. Bahkan mereka yang dulu memuja-muja kita, bisa saja berbalik membenci bahkan memusuhi kita setengah mati. Lalu kita jadi heran dan tak habis pikir kenapa itu bisa terjadi.

Maka itu juga isyarat tersembunyi dari Tuhan, agar kita sadar, bahwa Tuhanlah yang selalu setia pada hambaNya. Dialah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tanpa batas. Bahkan Maha Setia.

Jika kita sadar lalu hati kita kembali pada Tuhan, maka semua itu akan jadi berkah untuk kita. Sebuah penyelamat dengan wajah terbalik. Kita jadi diselamatkan dari sesuatu selain Tuhan. Kita diselamatkan dari tipu daya dunia. Kita jadi pindah ke jalan yang lurus. Kita akan disukai oleh Tuhan. Karena memang itulah yang dikehendaki Tuhan, bahwa Dialah yang mestinya yang paling kita sukai dan cintai dari apa dan siapapun. Sesudahnya dada kita akan terasa lega dan lapang tiada terkira.

Tapi jika tidak sadar akan semua itu sebagai panggilan dari Tuhan untuk kembali, maka kita akan semakin terpuruk. Akan semakin tersiksa. Dan siksaan itu teramat pedih. Dan tak kan ada jalan keluarnya. Bahkan juga tak kan ada yang bisa menolong kita selain hanya Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Rokok Tidak Membatalkan Puasa karena Tidak Mengenyangkan?

  Rokok memang tidak mengenyangkan. Tapi yang membatalkan puasa, bukan hanya sekedar hal-hal yang mengenyangkan. Banyak hal yang tidak mengenyangkan, juga bisa membatalkan puasa. Contohnya bersetubuh dengan lawan jenis. Dan masih banyak contoh lainnya. Inti dari puasa, secara hakikatnya adalah, menahan hawa nafsu. Apapun bila itu adalah untuk memuaskan hawa nafsu, maka itu bisa membatalkan puasa. Justru itu tujuan utama dari puasa. Latihan menahan hawa nafsu dari imsak sampai waktu berbuka. Bahkan meskipun kita tidak makan dan minum apapun, tapi dalam hati, kita begitu ingin untuk makan atau minum, sambil mengeluh betapa lelahnya menahan diri, sekaligus terbetik keinginan untuk melepaskan selera itu sepuas-puasnya jika waktu berbuka tiba, maka itu hakikinya nafsu kita masih bergojolak. Kebetulan secara syariatnya, puasa kita tetap sah alias tidak batal. Tapi pahala puasanya, menjadi tiada. Itu yang dimaksud dengan yang kita dapatkan selama puasa, hanya sekedar menahan haus da...