Langsung ke konten utama

Cara Lembut dan Cara Paksa Tuhan Menarik Hati HambaNya

Apapun yang terjadi dalam hidup ini, tak ada yang lepas dari izin Tuhan. Artinya jika Tuhan tak mengizinkan sesuatu untuk terjadi, maka sesuatu itu tak kan pernah terjadi. Itu artinya semua kenyataan dalam hidup ini, apapun itu, adalah perpanjangan tangan dari kehendak Tuhan. Semua itu adalah tajali atau penampakkan dari sifat dan perbuatan Tuhan.

Jadi baik buruk prilaku seseorang, pada hakikatnya juga atas kehendak dari Tuhan. Seseorang hidupnya taat, seseorang hidupnya hanya sibuk berlomba dan mabok oleh kemegahan dunia tanpa kenal Tuhan, bahkan seseorang hidupnya bejat atau maksiat, semuanya tetap atas kehendak Tuhan juga. Walaupun secara zahir tampak semua itu adalah atas kemauan manusia pelakunya, tapi secara hakikatya, semua itu memang sudah dirancang Tuhan demikian sejak azalinya. Sudah dalam skenario Tuhan dari sononya. Apapun, tak kan ada yang bisa mengubah apalagi membatalkannya. Dinding takdir Tuhan itu Maha Kokoh untuk bisa digoyang oleh apa dan siapapun.

Itulah intisari dari Tuhan sebagai Dzat yang Maha Memaksa. Dalam Al Quran disebut dengan Al-Qahhar. Apa dan siapapun, tak ada yang bisa menghalangi kehendak Tuhan. Semuanya suka tidak suka, setuju tak setuju, tetap akan dikenai olehnya. Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Karena itulah berpalingnya hati seseorang pada Tuhan setelah sebelumnya sibuk bergelimang nafsu keduniawiannya, juga atas kehendak dari Tuhan. Bukan disebabkan karena manusia itu sendiri yang menginginkannya, lalu bersikeras untuk menggapainya. Justru Tuhan dari sononya, memang ingin menarik hati orang tersebut agar kembali padaNya. Jika seseorang sudah ditarget Tuhan demikian, maka dia akan ditakdirkan Tuhan jadi terarah pada hal-hal yang baik dan disukai oleh Tuhan.

Nah cara Tuhan menarik hati hambaNya juga dengan berbagai cara. Ada yang dengan cara lembut dan ada yang dengan cara paksa. Dengan cara lembut maksudnya, prosesnya terjadi secara perlahan dan halus. Misalnya seseorang jadi tak berselera akan banyak hal dalam hidupnya. Memuaskan berbagai seleranya, tidak lagi tertarik. Dengan karir dan bisnisnya dia juga mulai hambar. Bergaul dan sibuk kumpul kumpul kesana kemari, juga tak berminat. Bahkan bisa juga terhadap pasangan hidup dan anaknya sendiri, dia juga tak bergairah.

Singkatnya terhadap apapun dengan hidupnya, seleranya jadi patah. Padahal dia bukan tipologi orang bermasalah. Banyak orang suka padanya dan banyak prestasinya juga gemilang. Tapi dia sendiri yang kemudian tanpa disadarinya jadi tak berselera lagi pada semua itu.

Setelah dicari-cari apa sebabnya, juga tak pernah ketemu. Berbagai cara dicoba untuk mengatasi semua itu, juga tak berhasil. Dan memang tak kan pernah berhasil. Karena hikmah dibalik semua itu adalah, Tuhan sedang menggiring hatinya agar pindah berseleranya hanya pada Tuhan. Tuhan sedang mengiringnya agar dia jadi kembali pada Tuhan, jadi sering mengingat Tuhan, jadi rajin beribadah pada Tuhan, dan jadi rindu hanya pada Tuhan saja.

Tapi jika dengan cara paksa, kebalikan dari cara lembut. Justru dia yang ditinggalkan orang dan ditampar oleh berbagai pengalaman hidupnya. Siapapun yang sebelumnya suka dan kagum padanya, mendadak jadi berubah benci bahkan memusuhinya. Karir dan bisnisnya yang sebelumnya gemilaing, mendadak jadi menjadi hancur. Rumah tangganya yang sebelumnya indah dan harmonis, mendadak kemudian jadi babak belur. Singkatnya hidupnya jadi benar benar kacau. Lalu dia sendiri juga tak pernah mampu untuk menyelesaikannya. Walaupun berbagai cara sudah dia lakukan. Dan anehnya siapapun juga tak ada yang membantu. Semua pintu, tertutup sudah. Hidupnya benar benar dalam kegelapan tiada ujung.

Maka itu secara hakikatnya juga isyarat, bahwa Tuhan sedang menggiring paksa dirinya agar hatinya segera kembali pada Tuhan. Bukan masalah demi masalah itu yang perlu diselesaikan. Tak perlu dicari lagi apa sebabnya kenapa semua sisi hidupnya jadi berantakan seperti itu. Tapi kecondongan hatinya yang perlu dibenahi, agar segera kembali pada Tuhan. Agar segera sujud pada Tuhan. Lalu sesudahnya hidup tawadhu dan tawaqal di jalan Tuhan.

Dengan kata lain, baik dengan sentuhan yang lembut, maupun dengan isyarat paksa, hikmah dibalik keduanya pada hakikatnya sama. Tuhan sedang menarik hati orang tersebut untuk kembali padaNya. Karena selama ini semua yang didamba dan dipikirkannya itulah yang merantai hatinya dari Tuhan.  Semua itulah yang jadi hijab yang menabiri hatinya dengan Tuhan. Maka dengan cara itulah Tuhan memutus rantai ikatan hati orang tersebut dari selainNya. Agar sesudahnya, hatinya jadi terhubung dengan Tuhan. Jika notifikasi itu disambut dengan tulus dan penuh tunduk, maka sesudahnya semua masalah dan keluh kesah itu akan hilang dengan sendirinya. Tuhan sendiri yang menyelesaikan semua itu untuk dirinya. Dengan cara Tuhan sendiri. Bukan seperti apa yang dia mau.

   

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Rokok Tidak Membatalkan Puasa karena Tidak Mengenyangkan?

  Rokok memang tidak mengenyangkan. Tapi yang membatalkan puasa, bukan hanya sekedar hal-hal yang mengenyangkan. Banyak hal yang tidak mengenyangkan, juga bisa membatalkan puasa. Contohnya bersetubuh dengan lawan jenis. Dan masih banyak contoh lainnya. Inti dari puasa, secara hakikatnya adalah, menahan hawa nafsu. Apapun bila itu adalah untuk memuaskan hawa nafsu, maka itu bisa membatalkan puasa. Justru itu tujuan utama dari puasa. Latihan menahan hawa nafsu dari imsak sampai waktu berbuka. Bahkan meskipun kita tidak makan dan minum apapun, tapi dalam hati, kita begitu ingin untuk makan atau minum, sambil mengeluh betapa lelahnya menahan diri, sekaligus terbetik keinginan untuk melepaskan selera itu sepuas-puasnya jika waktu berbuka tiba, maka itu hakikinya nafsu kita masih bergojolak. Kebetulan secara syariatnya, puasa kita tetap sah alias tidak batal. Tapi pahala puasanya, menjadi tiada. Itu yang dimaksud dengan yang kita dapatkan selama puasa, hanya sekedar menahan haus da...