Apapun
yang terjadi dalam hidup ini, tak ada yang lepas dari izin Tuhan. Artinya jika
Tuhan tak mengizinkan sesuatu untuk terjadi, maka sesuatu itu tak kan pernah
terjadi. Itu artinya semua kenyataan dalam hidup ini, apapun itu, adalah perpanjangan
tangan dari kehendak Tuhan. Semua itu adalah tajali atau penampakkan dari sifat
dan perbuatan Tuhan.
Jadi
baik buruk prilaku seseorang, pada hakikatnya juga atas kehendak dari Tuhan.
Seseorang hidupnya taat, seseorang hidupnya hanya sibuk berlomba dan mabok oleh
kemegahan dunia tanpa kenal Tuhan, bahkan seseorang hidupnya bejat atau
maksiat, semuanya tetap atas kehendak Tuhan juga. Walaupun secara zahir tampak
semua itu adalah atas kemauan manusia pelakunya, tapi secara hakikatya, semua
itu memang sudah dirancang Tuhan demikian sejak azalinya. Sudah dalam skenario
Tuhan dari sononya. Apapun, tak kan ada yang bisa mengubah apalagi membatalkannya.
Dinding takdir Tuhan itu Maha Kokoh untuk bisa digoyang oleh apa dan siapapun.
Itulah
intisari dari Tuhan sebagai Dzat yang Maha Memaksa. Dalam Al Quran disebut dengan
Al-Qahhar. Apa dan siapapun, tak ada yang bisa menghalangi kehendak Tuhan.
Semuanya suka tidak suka, setuju tak setuju, tetap akan dikenai olehnya. Tuhan
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Karena
itulah berpalingnya hati seseorang pada Tuhan setelah sebelumnya sibuk
bergelimang nafsu keduniawiannya, juga atas kehendak dari Tuhan. Bukan
disebabkan karena manusia itu sendiri yang menginginkannya, lalu bersikeras
untuk menggapainya. Justru Tuhan dari sononya, memang ingin menarik hati orang
tersebut agar kembali padaNya. Jika seseorang sudah ditarget Tuhan demikian,
maka dia akan ditakdirkan Tuhan jadi terarah pada hal-hal yang baik dan disukai
oleh Tuhan.
Nah
cara Tuhan menarik hati hambaNya juga dengan berbagai cara. Ada yang dengan
cara lembut dan ada yang dengan cara paksa. Dengan cara lembut maksudnya,
prosesnya terjadi secara perlahan dan halus. Misalnya seseorang jadi tak
berselera akan banyak hal dalam hidupnya. Memuaskan berbagai seleranya, tidak
lagi tertarik. Dengan karir dan bisnisnya dia juga mulai hambar. Bergaul dan sibuk
kumpul kumpul kesana kemari, juga tak berminat. Bahkan bisa juga terhadap
pasangan hidup dan anaknya sendiri, dia juga tak bergairah.
Singkatnya
terhadap apapun dengan hidupnya, seleranya jadi patah. Padahal dia bukan
tipologi orang bermasalah. Banyak orang suka padanya dan banyak prestasinya
juga gemilang. Tapi dia sendiri yang kemudian tanpa disadarinya jadi tak
berselera lagi pada semua itu.
Setelah
dicari-cari apa sebabnya, juga tak pernah ketemu. Berbagai cara dicoba untuk
mengatasi semua itu, juga tak berhasil. Dan memang tak kan pernah berhasil.
Karena hikmah dibalik semua itu adalah, Tuhan sedang menggiring hatinya agar
pindah berseleranya hanya pada Tuhan. Tuhan sedang mengiringnya agar dia jadi kembali
pada Tuhan, jadi sering mengingat Tuhan, jadi rajin beribadah pada Tuhan, dan jadi
rindu hanya pada Tuhan saja.
Tapi
jika dengan cara paksa, kebalikan dari cara lembut. Justru dia yang ditinggalkan
orang dan ditampar oleh berbagai pengalaman hidupnya. Siapapun yang sebelumnya
suka dan kagum padanya, mendadak jadi berubah benci bahkan memusuhinya. Karir
dan bisnisnya yang sebelumnya gemilaing, mendadak jadi menjadi hancur. Rumah
tangganya yang sebelumnya indah dan harmonis, mendadak kemudian jadi babak
belur. Singkatnya hidupnya jadi benar benar kacau. Lalu dia sendiri juga tak pernah
mampu untuk menyelesaikannya. Walaupun berbagai cara sudah dia lakukan. Dan anehnya
siapapun juga tak ada yang membantu. Semua pintu, tertutup sudah. Hidupnya
benar benar dalam kegelapan tiada ujung.
Maka
itu secara hakikatnya juga isyarat, bahwa Tuhan sedang menggiring paksa dirinya
agar hatinya segera kembali pada Tuhan. Bukan masalah demi masalah itu yang
perlu diselesaikan. Tak perlu dicari lagi apa sebabnya kenapa semua sisi
hidupnya jadi berantakan seperti itu. Tapi kecondongan hatinya yang perlu
dibenahi, agar segera kembali pada Tuhan. Agar segera sujud pada Tuhan. Lalu
sesudahnya hidup tawadhu dan tawaqal di jalan Tuhan.
Dengan kata lain, baik dengan sentuhan yang lembut, maupun dengan
isyarat paksa, hikmah dibalik keduanya pada hakikatnya sama. Tuhan sedang
menarik hati orang tersebut untuk kembali padaNya. Karena selama ini semua yang
didamba dan dipikirkannya itulah yang merantai hatinya dari Tuhan. Semua itulah yang jadi hijab yang menabiri
hatinya dengan Tuhan. Maka dengan cara itulah Tuhan memutus rantai ikatan hati
orang tersebut dari selainNya. Agar sesudahnya, hatinya jadi terhubung dengan
Tuhan. Jika notifikasi itu disambut dengan tulus dan penuh tunduk, maka
sesudahnya semua masalah dan keluh kesah itu akan hilang dengan sendirinya.
Tuhan sendiri yang menyelesaikan semua itu untuk dirinya. Dengan cara Tuhan
sendiri. Bukan seperti apa yang dia mau.
Komentar
Posting Komentar