Hanya
sholat dengan tubuh di Mesjid, sangat mudah. Yang sulit adalah, kita sholat di
Mesjid, tapi dengan hati. Dengan hati maksudnya, niat kita sholat di Mesjid
semata mata hanya karena ingin lebih khusuk untuk menghadap pada Allah. Yang kita impikan, agar saat sholat itu Tuhan
benar benar terasa hadir di hati kita.
Jika niat kita bukan itu melakukan sholat di Mesjid, maka tanpa kita sadari hakikatnya
kita dalam bahaya. Berbahaya secara spiritual. Kita akan terjebak pada riya,
ujub dan takjub pada diri sendiri saat melakukannya. Diam-diam di hati kita akan
menyusup rasa ingin dilihat dan diilai oleh banyak orang. Akan timbul rasa bangga
dalam hati. Akan timbul rasa bahwa kita telah menjadi orang yang mulia. Bahkan
bisa menilai orang lain yang tidak seperti kita adalah orang yang kotor.
Jika
itu yang terjadi, kita adalah orang yang munafik. Secara zahir kita kelihatan
lagi taat dan rajin menghadapat pada Tuhan. Padahal yang dituju hati kita,
ternyata bukan Allah. Tapi adalah penilaian orang lain. Yang kita tuju adalah
mahkluk. Yang diabdi hati kita, ternyata bukan Tuhan. Tapi adalah orang lain.
Jika
kita tak sanggup memelihara diri dari sikap bathin seperti itu, maka sholat di
rumah lebih baik untuk kita. Cukuplah sholat di kamar saja tanpa seisi rumah
kita ada yang tahu.
Tapi
kita harus tetap waspada. Jangan langsung merasa selamat dari dosa bathin
seperti itu walaupun kita sholat sendiri di ruang kesunyian kita dalam kamar.
Misalnya kita merasa sudah tidak riya lagi, merasa sudah ikhlas, merasa lebih
baik dari orang-orang yang sholat di Mesjid, dan yang sejenis dengan itu. Itu
artinya kita juga tetap masuk perangkap. Terjebak pada rasa ujub dan takjub. Merasa
diri telah lebih baik dari orang lain. Berarti tanpa kita sadari hati kita masih
bengkok.
Yang lurusnya adalah,
Kita hanya fokus pada diri kita saja dalam hubungannya dengan Allah. Kita
menghindar dari sholat berjamaah di Mesjid, karena kita sadar belum bisa memelihara
hati dari sikap riya, ujub dan takjub. Tentang bagaimana dengan orang lain,
atau nilai lebih kita dari orang lain, kita lupakan. Sibuklah hanya dengan
merajam diri sendiri agar semakin ikhlas, tawadhu dan benar benar lurus
menghadap pada Allah. Tanpa dibayang-bayangi oleh apa dan siapapun selain
Allah.
Dan itu memang tidak mudah. Saya sendiri juga masih jauh dari itu.
Komentar
Posting Komentar