Jika hati kita memang condong pada pencitraan diri, maka basa basi, kepura-puraan, kemunafikan dan sejenisnya akan otomatis menjadi pakaian kepribadian kita. Mau dipoles, dibelokkan dan ditutup dengan cara apapun, isinya akan tetap sama. Tak kan beranjak dari dusta. Dan itu termasuk salah satu jenis penyakit hati, yaitu ambisi untuk bermegah-megah diri dan riya atau gila pamer.
Tugas kita sebagai manusia di kerajaan langit dan bumi ini, hanya mengingat Tuhan sebagai pemiliknya, memujaNya, lalu taat dan patuh mengabdi padaNya. Tentang apa hasilnya dari segala perbuatan kita itu, bukan lagi hak kita. Tak layak dan tidak sopan upah dari semua itu kita bayangkan dan harapkan. Apalagi memintanya. Sepenuhnya itu adalah hak dan wewenang mutlak dari Tuhan sebagai Pemilik kerajaanNya. Apakah kita akan diberi hadiah atau tidak, atau akan diperlakukanNya seperti apa, kita menyerah saja. Tidak boleh cerewet dan banyak cincong. Kita sebagai budakNya harus tawadhu, tertunduk malu dan pasrah saja dihadapanNya. Karena memang untuk itulah tujuan Tuhan menciptakan kita sebelumnya. Dia ingin kita kenali. Lalu setelah mengenalNya, Dia ingin kita memujiNya. Lalu taat dan patuh padaNya. Tentang apapun yang kita butuhkan selama hidup di dunia ini, Dia sudah berjanji untuk mencukupinya. Begitu juga dengan berbagai kesulitan yang kita hadapi, dia pun sudah berjanji akan aka...